Media dan Representasi Kekerasan
Pada pertemuan kali ini membahas mengenai bagaimana kita merepresentasikan tindakan kekerasan yang banyak terjadi disekitar kita.
Pasti banyak yang sudah mengetahui mengenai penembakan yang terjadi di Columbian High School. yang merupakan kasus penyerangan yang terjadi di Colorado, 20 April 1999. Yang ternyata pelakunya adalah siswa tahun terakhir disekolah tersebut yang bernama Eric Harris dan Dylan Kleybold. Tanpa diduga-duga kejadian ini telah mereka rancang sedemikianrupa sampai menggunakan bom yang mereka letakan disekelilig sekolah untuk mengalihkan perhatian guru dan juga staff yang bekerja disekolah. Setelah bom meledak dan perhatian menuju kepada bom tersebut mulailah mereka menjalankan aksi penembakan mereka yang menyebabkan 12 orang meninggal dan 24 orang lainnya luka-luka. Setelah aksi keji yang mereka lakukan kemudian mereka membunuh diri mereka sendiri.
Kejadian ini menyebabkan banyak pertebatan karena daerah Colorado yang merupakan tempat yang memiliki angka kriminalitas dan kejahatan yang rendah malah terjadi hal tersebut sehingga harus mengundang pasukan FBI kesekolah itu.
Salah satu yang perdebatan yang timbul saat itu adalah mengenai media. Apakah semua hal yang terjadi saat itu karena media yang dengan mudahnya mengekspose hal-hal yang berbau kekerasan.
Hal ini dibuktikan dengan fakta-fakta sebagai berikut :
1. Keduanya merupakan penggemar video games seperti Doom dan Wolfstein 3D yang penuh dengan kekerasan.
2. Mengidentifikasikan diri mereka dengan subkultur goth, yang dekat dengan kepercayaan satanisme.
3. Banyak media yang mengatakan bahwa mereka dipengaruhi oleh Marilyn Manson (meski tidak ada bukti yang kuat).
Setelah itu ada kasus kedua mengenai pembunuhan James Bulger yang merupakan anak asal Inggris yang meninggal diusia 2 tahun. Anak ini dibunuh setelah dianiaya dengan keji oleh anak berusia 11 tahun yang bernama Robert Thomson dan Jon Venables. Bulger dianiaya setelah diculik dari ayahnya disupermarket setempat. Setelah beberapa hari kemudia baru ditemukan didekat rel kereta dengan bekas luka yang sangat tidak wajar dan keji. Banyak sekali pers dari Inggris yang menyalahkan film horror Child's play yang banyak mengandung adegan kejam. Hal ini dikarenakan bekas luka yang ditemukan ditubuh bayi malang itu hampir menyerupai bekas luka dari kekerasan yang terjadi difilm itu.
Karena banyaknya kasus kekerasan dikalangan anak-anak, dilakukan Studi Feshbach and Singer (1971). Mereka melakukan studi ini di sel tahanan anak-anak laki-laki. Mereka memisahkan para narapidana anak ini menjadi dua bagian, sebagian diberikan tontonan yang penuh kekerasan dan sebagian lagi sebaliknya.
Dari studi itu muncullah hasil yang diluar perkiraan. Anak-anak yang terus menerus diberikan film yang penuh kekerasan malah tidak berperilaku agresif, dan sebaliknya anak yang tidak diberikan film kesukaan mereka malah berperilaku agresif dikarenakan mereka yang merasa diri mereka dihukum sehingga muncul rasa bosan dan frustasi.
Seperti pada Teori Pressure Cooker yang mengatakan bahwa frustasi akan menyebabkan kemarahan, dan jika rasa itu tidak dilepaskan akan menumpuk dalam kemarahan yang agresif.
Ada beberapa tipe orang setelah mengkonsumsi hal-hal yang berbau kekerasan.
1. Desensitizasi
Menyaksikan kekerasan secara berulang-ulang sehingga menyebabkan sensitifitas terhadap kekerasan sehingga memungkinkan bagi orang tersebut untuk mensahkan segala seusatu yang berbau kekerasan.
2. Efek Korban
Berbanding terbalik dengan hal diatas saat semakin banyak iya mengkonsumsi siaran kekerasan maka akan menyebabkan semakin ketakutan
Ada beberapa tipe orang yang takut untuk melihat adegan kekerasan didalam film karena berbagai sebab, hal ini menyebabkan ketika mereka harus melihat siaran itu makan akan semakin takutlah diri mereka akan kekerasan itu sendiri.
3. Efek Agresor
Semakin banyak orang mengkonsumsi siaran kekerasan maka orang itu akan menjadi agresif.
Berbeda dengan diatas, orang tipe ini mungkin mudah terpengaruh dan terpicu saat melihat siaran yang berbau kekerasan sehingga membuatnya menjadi agresif.
4. Efek saksi
Semakin banyak orang mengkonsumsi siaran kekerasan maka akan semakin berkurang tingkat kepeduliannya.
Ketika orang tersebut sudah terbiasa dengan siaran yang menampilkan kekerasan maka perasaan atau emosional dia akan menjadi lebih kebal sehingga tingkat kepedulian terhadap orang lain disekitarnya akan menurun.
Guy Debord
"1931-1994"
Ia merupakan pembuat film, penyair dan penulis dijamannya. Selain itu juga beliau merupakan pemimpin kelompok Situationist International yang menyulut peristiwa 1968 di Paris. Dan juga menulis buku yang berjudul "Society of the Spectacle" (1967) yang menjadi katalisator.
"Yang disebut tontonan (spectacle) bukan hanya kumpulan citraan, melainkan sebuah hubungan sosial antara orang yang dimediasi (diperantarai) oleh citraan."
Masyarakat Tontonan
- Media massa berperan menjadikan dunia nyata sebagai kumpulan dari citraan-citraan yang bersifat hipnotik.
- Dalam pola mengkonsumsi citraan tersebut, terbentuklah rasa alienasi atau keterasingan.
- Dalam sebuah 'masyarakat tontonan', tidak ada hubungan antar manusia yang riil.
Jean Baudrillard
Merupakan Filsuf dan teoris kebudayaan (1929-2007). Ia adalah anak dari pegawai sipil dan peternak. Belajar bahasa dan sastra Jerman di Sorbonne. Berkarir sebagai akademisi di bidang sosiologi di Perancis, dan terkenal untuk penjelasannya mengenai postmodernisme dan poststrukturalisme.
Simulacra dan Simulations (1981)
Hiper-realita : suatu 'realita' atau kenyataan yang dibuat lewat bermacam simulacra dan simulasi.
Simulakra : tiruan yang menggambarkan hal-hal yang tidak punya realita pada awalnya, atau hal yang tidak lagi memiliki asal-usul.
Simulasi : imitasi cara kerja dunia nyata.
Bisa kita lihat dari tempat bermain anak-anak yang diciptakan diberbagai tempat misalnya disneyland. Masih banyak orang dewasa yang memelihara sifat kekanak-kanakannya untuk imaginasi-imaginasi mereka yang muncul ketika memasuki tempat yang berisikan simulasi dan simulakra.